Sabtu, 29 Oktober 2011

KTI stroke

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak local maupun global secara mendadak dan akut dan berlangsung lebih dari 24jam akibat gangguan aliran darah otak (WHO, 2000). Dalam istilah awam stroke adalah serangan otak  yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh. Karena sifatnya yang menyerang itu,sindroma ini diberi nama “stroke”, yang artinya kurang lebih pukulan telak yang mendadak. Jumlah penderita terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi kemungkinan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006). Dan tidak sedikit bagi penderita stroke yang mengalami kekambuhan. Kekambuhan pada penderita stroke dapat di sebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan keluarga penderita tentang pola makan bagi penderita stroke.

1
 
    Menurut penelitian dikalangan kesehatan, populasi laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, tetapi selisihnya tidak jauh berbeda. Menurut Northen Monhattan Stroke Study di Amerika tahun 2010 menyebutkan 53% laki-laki sedangkan perempuan 47%. Di Indonesia belum ada data epidemiologis yang lengkap tentang stroke yang lengkap, proporsi penderita stroke dari tahun ketahun cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari Survey Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI diberbagai rumahsakit di 27 propvinsi di Indonesia (Hariyono, 2010). Sedangkan menurut data dasar rumah sakit di Indonesia, seperti diungkapakan Yayasan Stroke Indonesia, angka kejadian stroke mencapai 63,52 per 100.000 pada kelompok usia 65 tahun keatas. Secara kasar, setiap hari dua orang Indonesia terkena stroke. Sedangkan di Jawa Timur sendiri khususnya di Rumah Sakit Syaiful Anwar(RSSA) Malang jumlah penderita stroke tercatat sebanyak 56 orang pada bulan Januari dan 63 orang pada bulan Februari. Pada tahun 2010 jumlah penderita stroke yang tercatat di Dinkes Ngawi ± sebanyak 53 kasus yang tersebar di beberapa puskesmas yang ada di Ngawi. Sedangkan jumlah penderita stroke di rawat inap puskesmas geneng ada 14 orang di tahun 2010. Dan 9 dari 14 orang penderita tersebut merupakan penderita yang kambuh, dan sebagian besar dari keluarga mereka mengatakan belum tahu tentang pola makan yang benar bagi penderita stoke, agar tidak terjadi kekambuhan lagi.
Kekambuhan pada penyakit stroke dapat dipicu kembali karena pola makan mereka yang tidak sehat. Pola makan yang salah dapat memicu terjadinya kekambuhan pada penyakit stroke, karena seringnya mengkonsumsi makanan cepat saji yang tidak baik sebab kandungan kolesterolnya tinggi. Kolesterol tidak baik bagi kesehatan, terutama pembuluh darah. Bila terjadi penyumbatan pada pembuluh darah, dan mengenai pembuluh darah otak bisa membuat seseorang mengalami serangan berulang atau kekambuhan pada stroke (Asya Karima, 2009). Demikian juga dengan kurangnya perhatian masyarakat tentang pola makanan yang sehat misalnya makan makanan yang mengandung serat dan vitamin yang baik untuk tubuh. (Indriasari, 2007).
Dan masih banyak keluarga penderita stroke yang belum mengetahui pola makan yang sehat bagi penderita stroke. Masih rendahnya tingkat pengetahuan tentang pola makan tersebut juga dikarenakan beberapa faktor diantaranya, faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya informasi tentang pola makan sehat bagi penderita stroke baik lewat koran,televisi maupun internet. Untuk menanggulangi atau mengatasi masalah tersebut, kita dapat mengatasi dengan melakukan penyuluhan atau memberikan seminar kepada keluarga agar tidak menimbulkan serangan berulang atau kekambuhan pada anggota keluarga yang menderita stroke. Karena apabila penderita stroke mengalami kekambuhan akan dapat mengakibatkan efek yang lebih parah dari serangan sebelumnya, seperti kelumpuhan organ dan dapat memicu kematian.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian  pasien karena stroke adalah dengan salah satunya mengatur pola hidup. Dan untuk menanggulangi terjadinya serangan berulang atau kekambuhan pada pasien stroke adalah salah satunya yaitu dengan memberikan pendidikan/penyuluhan tentang pola makanan yang sehat. Karena dengan mengkonsumsi makanan yang sehat kemungkinan besar masyarakat tidak akan terkena resiko stroke (Setyono, 2007).

1.2    Rumusan Masalah
     Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah tingkat pengetahuan keluarga tentang pola makan yang sehat pada penderita stroke?”

I.3     Tujuan Penelitian
1.3.I  Tujuan Umum
Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang pola makan yang sehat bagi penderita stroke.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.      Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke
2.      Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang pola makan  sehat
3.      Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang pola makan sehat bagi penderita stroke.
                                                                                    





I.4     Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Responden
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan pengetahuan masyarakat tentang stroke dan pola hidup sehat bertambah.
1.4.2 Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan bahan kajian bagi peneliti berikutnya guna mencapai hasil yang lebih baik lagi.
1.4.3 Bagi Peneliti
           Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai pengetahuan masyarakat tentang stroke dan pola makan yang sehat pada penderita stroke.



     







 

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pengetahuan
   Pengetahuan terdiri dari pengertian, tingkat pengetahuan, dan faktor-faktor yang  mempengaruhi tingkat pengetahuan.
2.1.1  Definisi
        Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang sangat utuh terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoadmodjo, 2003).
2.1.2    Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmojo, (2003) tingkat pengetahuan di dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1.      Tahu (know)
      Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari  sebelumnya, mengingat kembali termasuk (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.

5
 
 

2.      Memahami (Comprehension)
     Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3.      Aplikasi (Application)
   Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi suatu kondisi yang nyata.
4.      Analisis (Analysis)
  Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen. Tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.      Sintesis (Synthesis)
 Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.      Evaluasi (Evaluasion)
   Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan intik melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. (Notoatmodjo, 2003).
2.1.3    Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1.   Pendidikan
  Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima sehingga makin  banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kunjoroningrat, 2000).
2.   Pekerjaan
  Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak meruppakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich, 2002)
3.   Umur
 Umur individu dihitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun (Elizabeth, 2000).Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan. Pertama perubahan ukuran, kedua proporsi, ketiga hilangnya cirri-ciri lama,keempat timbulnya cirri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
4.   Minat
  Sebagai suatu kecenderungan atau yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5.   Pengalaman
   Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6.   Kebudayaan Lingkungan Sekitar
  Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sikap kita.
7.   Informasi
    Kemudahan uintuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang memperoleh penetahuan yang baru. (Wahid, 2007).



2.2    Pola Makan
2.2.1    Pengertian Pola Makan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2001). Dengan demikian pola sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.
2.2.2    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
1.   Rasa, lapar, nafsu makan, dan rasa kenyang
  Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya nafsu makan merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas.             
2.   Kesehatan
   Kesehatan orang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan. Sariawan atau gigi yang sakit sering kali membuat individu memilih makanan yang lembut. Tidak orang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada makan.
2.2.3    Pedoman Pola Makan Sehat
     Pedoman pola makan sehat untuk masyarakat secara umum yang sering digunakan adalah pedoman Empat Sehat Lima Sempurna, Makanan Triguna, dan pedoman yang paling akhir diperkenalkan adalah 13 pesan dasar gizi seimbang (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2000).
1.      Empat Sehat Lima Sempurna terdiri dari lima unsur yaitu:
a.       Makanan pokok, contohnya seperti nasi, jagung, kentang, gandum/tepung terigi, serta umbi-umbian.
b.      Lauk pauk, contohnya seperti tempe, tehu, telur, daging, ikan.
c.       Sayur mayur, contohnya seperti kangkung, bayam, terong, tomat, cabe, kacang panjang, kol, labu siam.
d.      Buah, contohnya seperti apel, manggis, markisa, jeruk, salak.
e.       Susu
Susu sebagai pelengkap dimana tidak ada kewajiban kita untuk   meminumnya. Namun tidak ada salahnya jika kita minum susu setelah makan karena mengandung berbagai macam kandungan zat yang berguna dan baik bagi tubuh kita.
2.      Makanan Triguna adalah bahwa makanan atau diet sehari-hari harus harus mengandung: 1) karbohidrat dan lemaksebagai zat tenaga; 2) protein sebagai zat penbangun; 3) vitamin dan mineral sebagai zat pengatur

3.      Tiga belas Pesan Dasar Gizi Seimbang, yaitu:
a.       Pesan 1: Makanlah aneka ragam makan
b.      Pesan 2: Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
c.       Pesan 3: Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
d.      Pesan 4: Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
e.       Pesan 5: Gunakan garam beryodium.
f.       Pesan 6: Makanlah makanan sumber zat besi.
g.      Pesan 7: Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya.
h.      Pesan 8: Biasakan makan pagi.
i.        Pesan 9: Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
j.        Pesan 10: Lakukan aktivitas fisik secara teratur.
k.      Pesan 11: Hindari minuman yang berakoh
l.        Pesan 12: Makan makanlah yang aman bagi kesehatan.
2.2.4    Menurut Lanny,(2006) makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita stroke adalah :
a.       Protein tinggi lemak, terutama daging merah.
b.      Produk susu (mentega, keju) dan telur.
c.       Asupan gula dan garam yang berlebihan.
d.      Alkohol dan tembakau.
e.       Makanan goreng-gorengan.

2.3        Keluarga
    Konsep keluarga meliputi pengertian, Bentuk keluarga, Fungsi keluarga, Tugas – tugas keluarga.
2.3.1    Pengertian
   Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan ( Sudiharto, 2007 ). Sedangkan menurut ( Departemen kesehatan RI, 1998 dari Mubarak,2006 ) keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling tergantungan.
    Dari beberapa pengertian diatas maka keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena ikatan perkawinan ataupun hubungan darah yang tinggal dibawah satu atap dan dalam keadaan saling ketergantungan serta menjalankan perannya.
2.3.2        Bentuk Keluarga           
   Menurut Sudiharjo ( 2007 ) ada beberapa bentuk dari keluarga sebagai berikut :

1.      Keluarga Inti ( Nuclear Family )
   Keluarga yang di bentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak – anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
2.      Keluarga besar ( Extended family )
   Keluarga inti ditambah keluarga yang lain ( karena hubungan darah ), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis ( guy/lesbian families).
3.      Keluarga Asal ( family of Origin )
   Merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
4.      Keluarga inses ( Incest Family )
  Seiring dengan masuknya nilai – nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki – laki, paman menikah denagan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai – nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar.

5.      Keluarga kohabitasi ( Cohabitation )
   Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
6.      Single Parent
   Satu orang tua sebagai akibat perceraian / kematian pasanganya dan anak – anaknya dapat tinggal di rumah / di luar rumah.
7.      Keluarga Komposit ( Composite Family )
   Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
8.      Keluarga Berantai ( Social Family )
  Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
2.3.3    Fungsi keluarga
                  Menurut  Mubarak ( 2006 ) ada beberapa fungsi dari keluarga sebagai berikut :
1.      Fungsi pendidikan
  Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang di milikinya. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
2.      Fungsi sosialiasi
  Menjelaskan upaya yang dilakuakn oleh keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3.      Fungsi biologis
  Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, merawat anggota keluarga.
4.      Fungsi psikologis
  Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.
5.      Fungsi ekonomi
 Menjelaskan bagaimana upaya kelurga dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta memanfaatkan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga.
2.3.4        Tugas Tugas Keluarga
 Menurut Mubarak ( 2006 ) membagi tugas keluarga menjadi delapan tugas pokok sebagai berikut :
1.      Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2.      Pemliharaan sumber – sumber daya yang ada dalam keluarganya.
3.      Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya.
4.      Pengaturan jumlah anggota keluarga.
5.      Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
6.      Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
7.      Membangkitkan dorongan 
8.      Dan semangat para anggota keluarga.

2.4    Stroke
   Stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat  kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh. Karena sifatnya yang menyerang itu, sindroma ini diberi nama ”stroke”, yang artinya kurang lebih pukulan atau  telak dan mendadak (Lanny, 2006).
2.4.1    Stroke terbagi atas:
1.      Stroke Iskemik
  Stroke jenis ini dapat terjadi akibat airan darah ke otak terhenti karena ateroskerosis (penumpukan koesterol pada dinding pembuuh darah) atau (darah beku yang menyumbat suatru pembuluh darah ke otak).


2.      Stroke Hemoragik
  Stroke jenis ini merupakan sekitar 20% kasus stroke lainnya terjadi karena salah satu pembuluh darah diotak bocor atau pecah sehingga darah mengisi ruang-ruang pada sel otak serta merusak jaringan otak disekitarnya (Syamsir, 2006).
2.4.2    Menurut Iman,(2002) Tanda-Tanda Stroke adalah :
1.      Bila muncul tanda-tanda kehilangan rasa atau lemah pada muka, bahu atau kaki, terutama bila hanya terjadi pada separuh tubuh.
2.      Merasa bingung, sulit bicara, atau sulit menangkap pengertian.
3.      Sulit melihat dengan sebelah mata ataupun kedua mata.
4.      Tiba-tiba sulit barjalan, pusing dan jehilangan keseimbangan atau koordinasi.
5.      Sakit kepala yang amat sangat tanpa diketahui penyebabnya.
2.4.3    Menurut Lanny (2006) Komplikasi stroke adalah :
1.      Depresi: Oleh karena keterbatasannya akibat lumpuh, sulit berkomunikasi  dan sebagainnya, penderita stroke sering mengalami depresi.
2.      Darah beku: Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh terutama pada kaki sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengganggu.
3.      Memar: Penderita harus sering dipindahkan dan digerakkan secar teratur agar bagian pinggul, pantat, sendi kaki, dan tumit tidak terluka akibat terhimpit alas tempat tidur. Bila luka-luka tidak dirawat maka akan terjadi infeksi.
4.      Otot mengerut dan sendi kaku: Kurang gerak dapat menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri
5.      Pneumoni: Kemampuan tidak dapat bergerak setelahmengalami stroke membuat pasien mengalami kesulitan menelan denagn sempurna atau sering terbatuk-batuk sehingga cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya dapat terjadi pneumoni.
6.      Nyeri pundak: Untuk mencegah, biasanya tangan yang terkulai ditahan dengan sebilahpapan atau kain khusus yang dikaitkan kepundak, atau lahar agar tertahan pada posisi yang benar.
2.4.4    Menurut Atika Dyah (2009) Langkah Terbaik Untuk Mencegah Stroke :
1.      Mengenai faktor-faktor resiko stroke.
2.      Menjalani gaya hidup dan pola makan yang sehat.
Secara umum gaya hidup sehat berarti seseorang harus:
1.      Mengendaikan tekanan darah tinggi.
2.      Mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh.
3.      Konsumsi vitamin B komplek.
4.      Kontro diabetes.
5.      Menjaga berat badan yang ideal.
6.      Olah raga secara rutin (www.atika-dyah.blog spot.com 2009)


            Kerangka Konsep

Text Box: Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
Faktor internal:
- umur
- pendidikan
- pekerjaan
faktor eksternal
- Lingkungan
- Informasi
- Pengalaman

Gambar 2.1: Kerangka konsep tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang pola makan sehat pada penderita stroke di desa Baderan kecamatan Geneng kabupaten Ngawi
 








 

 
BAB III
METODE PENELITIAN

            Desain Penelitian
   Desain penelitian yang digunakan adalah peneitian diskriptif, penelitian diskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan (memaparkan) peristiwa-peristiwa urgen yang terjadi pada masa kini secara sistematik dan lebih menekankan pada data factual dari pada penyimpulan  (Nursalam, 2003).
  Dalam peneitian ini peneliti mendeskripsikan mengenai pengetahuan keluarga tentang pola makan yang sehat pada penderita stroke.

3.2        Kerangka Kerja
     Kerangka kerja (kerangka operasional) adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sample, dan seterusnya, yaitu kegiatan yang dilaksanakan sejak awal penelitian  (Nursalam, 2003).





20
 
 

3.2.3 Kerangka Kerja
    Gambar 3.2: Kerangka Kerja tingkat pengetahuan keluarga tentang pola   makan sehat pada penderita stroke di desa Baderan kec. Geneng  kab.Ngawi






3.3    Populasi, Sampel dan Sampling
3.3.1 Populasi
   Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut  (Notoadmodjo, 2005).
  Pada penelitian ini jumlah populasi sebanyak 32 responden.
3.3.2    Sampel
    Sampel merupakan bagian populasi yang dipilih dengan menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili kriteria populasi (Nursalam, 2001). Pada penelitian ini terdapat 30 responden.
    Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah  penduduk yang tinggal di Desa Baderan dengan Kriteria;
1.      Masyarakat yang tinggal di Desa Baderan.
2.      Usia 21 – 50 tahun.
3.      Bersedia  menjadi  responden.
4.      Keluarga  yang  tidak  mengalami  gangguan  jiwa.
5.      Keluarga  yang  tidak  mengalami  gangguan  komunikasi.






Kemudian data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus :
(Nursalam,2003).

Keterangan :

N : Jumlah populasi                         
n : Ukuran Sampel          
d : Tingkat signifikan (0,05)
3.3.3       Sampling
   Sampling  adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada (Azis, 2007)
   Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003)
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian  ini adalah dengan purposive sampling karena peneliti menetapkan criteria sample yang akan digunakan dalam penelitian.

3.4         Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1        Identifikasi Variabel
 Variabel adalah karakterisik yang diamati yang memiliki variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatnya (Setiadi, 2007)
 Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang pola makan sehat untuk menurunkan angka kejadian stroke di desa Baderan Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi.
3.4.2        Definisi operasional
 Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama
 Di dalam definisi operasional terdapat beberapa point penting yang perlu dicantumkan untuk memudahkan dalam membaca penelitian yang akan dilakukan, point penting tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel : 1.3 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Alat ukur
Skala
Skor
Pengetahuan keluarga tentang pola makan sehat pada penderita stroke
Segala sesuatu yang diketahui keluarga baik melalui pendidikan maupun pengalaman dalam lingkup tahu dan paham saat dilaksanakan penelitian untuk mengetahui pola makan sehat

Responden Tahu dan paham mengenai :
1. Stroke
2.Pola makan yang sehat
3.Mengidentifikasi makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh penderita stroke.

Kuesioner
Ordinal
1 : benar
0 : Salah
Teknik penilaian
76%-100% : baik
56%-75%   : cukup
<55%         : kurang

3.5      Pengumpulan Data dan Analisa Data
3.5.1        Pengumpulan data
1.       Proses pengumpulan data
 Di dalam pengumpulan pada data penelitian ini digunakan alat berupa angket atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari responden. Jenis kuesioner yang digunakan adalah tertutup, yaitu dengan caramengedarkan suatu daftar pertanyaan yang digunakansecara tertulis dimana responden tinggal memilih jawaban yang tersedia (Arikunto, 2006).
   Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara memohon ijin pada responden, responden mengisi lembar persetujuan untuk menjadi responden, memberi penjelasanpada responden tentang pengisian kuesioner, responden ditunggui saat pengisian kuesioner.
2.      Instrumen penelitian
 Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah. Jenis instrumen yang digunakan adalah angket atau kuesioner tertutup dimana responden tinggal memilih jawaban yang disediakan (Arikunto, 2006)
3.      Prosedur Pengumpulan Data
   Prosedur pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Mengurus perijinan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi
b.      Mengurus perijinan ke Kepala Desa Baderan
c.       Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian dan bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
d.      Responden mengisi daftar pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan kemudian diserahkan ke peneliti.
e.       Peneliti mengawasi jawaban responden
f.       Responden tidak boleh bertanya antara responden satu dengan yang lainnya.
g.      Peneliti melakukan pengolahan, pengecekan kelengkapan data, scoring dan tabulasi data.
3.5.2        Tempat dan waktu
1.      Tempat penelitian
   Tempat penelitian adalah di Desa Baderan Kecamatan  Geneng Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi
2.      Waktu penelitian
  Penelitian dilaksanakan pada bulan mei-juli 2010

3.6      Analisa Data
3.6.1        Editing
  Dimaksudkan untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah terisi lengkap atau masih kurang.
3.6.2        Coding
  Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut macamnya dengan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item dalam lembar kuesioner
3.6.3        Scoring
  Menentukan skor atau nilai terendah dan tertinggi
3.6.4        Tabulating
   Kegiatan untuk meringkas data yang masuk ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan proses tabulasi meliputi, pertama persiapan tabel dengan kolom dan baris yang disusun dengan cermat sesuai kebutuhan. Kedua, menghitung frekuensi untuk setiap kategori jawaban dan ketiga, menyusun distribusi frekuensi dengan tujuan agar data yang telah disusun rapi mudah dibaca dan dianalisa.
  Menurut Arikunto (2002) untuk penyajian data variabel secara umum dan biodata atau karakteristik responden, analisa dengan frekuensi jawaban dibanding dengan jumlah responden yang kemudian dikalikan 100% dari hasil prosentase.  P =  x 100%
Keterangan:
P
:
Prosentase yang dicari
∑F
:
Jumlah frekuensi jawaban responden
n
:
Jumlah responden

Adapun hasil prosentase dari tiap variabel diinterpretasikan dengan menggunakan:
100%
 :
Seluruhnya
76% - 90%
 :
Hampir seluruhnya
51% - 75%
 :
Sebagian besar
50%
 :
Setengahnya
26% - 49%
 :
Hampir setengahnya
1% - 25%
  :
Sebagian kecil
0%
  :
Tidak satupun

Adapun hasil pengolahan data diinterpretasikan menggunakan skala :
76%-100%            : baik
56%-75%              : cukup
<55%                     : kurang
3.7      Etika penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini, pemeliti mengajukan permohonan izin kepada calon responden untuk menjadi responden, setelah calon responden setuju maka kuesioner disebarkan kepada respon dengan memperhatikan kode etik penelitian
3.7.1        Informed concent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Tujuannnya adalah agar calon responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika calon responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa. (Hidayat, 2002)
3.7.2        Anonimity (tanpa nama)
 Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama respondenpada lembar persetujuan tersebut, hanya diberi nomer kode pada kode tertentu (Nursalam, 2001)
3.7.3        Confidentially (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden akan dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2001).

3.8      Keterbatasan
3.8.1        Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi adalah:
1.      Intrumen (kuesioner) buatan sendiri sudah Sampel  yang  di gunakan  terbatas  pada  masyarakat Desa Baderan Kecamatan  Geneng,  Kabupaten  Ngawi.
2.      Kuesioner  di buat  oleh  peneliti  sehingga  masih  banyak   kekurangan.
3.      Keterbatasan  waktu,  dana  dan  tenaga  sehingga  kemungkinan  hasilnya  masih  belum  optimal
4.      Masih  minimnya  pengetahuan  peneliti  dalam  melaksanakan  penelitian  terlebih  dalam  pengelolaan  dan  analisa  data,  sehingga  hasil  yang  di dapat  kurang  sempurna.














 
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

             Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan juni 2010 di Dusun Punukan Desa Baderan Rt.14 Rw.06 Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi dan pembahasan hasilnya secara diskriptif.

4.1    Hasil Penelitian
          Dalam pengolahan hasil penelitian ini diuraikan mengenai data umum dan data khusus. Data umum menyajikan karakteristik responden secara global, sedangkan data khusus menyajikan hasil distribusi frekuensi tiap sub variabel yang diteliti. Analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
4.1.1    Data Umum
1.      Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2     Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Keluarga Di Desa Baderan Bulan Juni 2010.

No
Pendidikan
Frekuensi
Presentase (%)
1
2
3
4
SD
SMP
SMA
P T
6
15
8
1
20
50
26,67
3,33
Jumlah
30
100
31
 

Dari hasil penelitian terhadap 30 responden didapatkan bahwa responden yang frekuensinya terbanyak yaitu berpendidikan SMP sebanyak 15 responden (50%), sedangkan frekuensi pendidikan yang sedikit yaitu Perguruan tinggi sebanyak 1 responden (3,33%).
2.      Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga Di Desa Baderan Bulan Juni 2010.

No
Pekerjaan
Frekuensi
Presentase (%)
1
2
3
4
Petani
P N S
Swasta
Lain – lain
11
1
6
12
36,67
3,33
20
40
Jumlah
30
100

Dari hasil penelitian terhadap 30 responden didapatkan bahwa yang mempunyai pekerjaan frekuensi terbanyak adalah pekerjaan lain-lain sebanyak 12 responden (40%) yang belum tentu jenis pekerjaannya, dan frekuensi terendah adalah pekerjaan PNS sebanyak 1 responden (3,33%).
3.      Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Keluarga Desa Baderan Bulan Juni 2010.

No
Umur
Frekuensi
Presentase (%)
1
2
3
21-30
31-40
41-50
14
12
4
46,67
40
13,33
Jumlah
30
100
             
            Dari hasil penelitian terhadap 30 responden didapatkan bahwa frekuensi terbanyak adalah umur 21-30 tahun sebanyak 14 (46,67%) responden, dan frekuensi terendah adalah 41-50 tahun yaitu 4 (13,33%) responden.

                      
4.1.2 Data Khusus
Pada data khusus ini akan disajikan tentang variabel yang akan diteliti untuk menjawab tujuan yang telah ditentukan
  1. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Stroke.
Tabel 4.5   Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Keluarga tentang Stroke Di Desa Baderan  Bulan Juni 2010.

No
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
Presentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
11
13
6
36,67
43,33
20
Jumlah
30
100

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan Keluarga tentang Pengertian Stroke dikategorikan sangat baik sebanyak 1 responden (3,33%), dan yang dikategorikan kurang sebanyak 6 responden (20%).
2.   Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Pola Makan Sehat
Tabel  4.6  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Keluarga tentang Pola Makan Sehat di Desa Baderan Bulan Juni 2010.

No
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
Presentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
10
14
6
33,33
46,67
20
Jumlah
30
100
           
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Pengetahuan Keluarga tentang Pola Makan Sehat Di Dusun Punukan Desa Baderan dikategorikan baik sebanyak 10 responden (33,33%) dan yang dikategorikan kurang sebanyak 6 responden (20%).
 3.     Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Identifikasi Makanan yang Boleh dan yang Tidak Boleh dikonsumsi oleh Penderita Stroke.
Tabel  4.7    Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Identifikasi Makanan yang Boleh dan yang Tidak Boleh Dikonsumsi oleh Penderita Stroke di Desa Baderan Bulan Juni 2010.
                                                                             
No
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
Presentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
6
15
9
19,75
50
30,25
Jumlah
30
100

            Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang identifikasi makanan yang boleh dan yang tidak boeh dikonsumsi oleh penderita stroke dikategorikan kurang sebanyak 9 responden (28,13%), sedangkan yang dikategorikan baik sebanyak 6 responden (18,75%).
4.1            Pembahasan
4.1.2        Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Stroke
            Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian kecil yaitu 11 (36,67%)responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang stroke. Hal ini disebabkan oleh sebagian kecil responden berpendidikan akhir SMU dan sebagian kecil yaitu 1 (3,33%%) responden berpendidikan akhir perguruan tinggi mempunyai pemahaman yang baik tentang stroke. Tingkat pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi dan lebih mengerti serta memehami sehingga bisa meningkatkan pengetahuan yang diperoleh sehingga dapat merubah perilaku dari yang tidak baik menjadi baik. Sesuai dengan Notoadmojo (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak pula informasi yang didapatkan sehingga dapat mempengaruhi perilaki dan pola pikir responden tentang suatu hal. Hal ini ditunjang dengan usia responden yang hampirsetengahnya yaitu 14 (46,67%) responden yang berusia 21-30 tahun mempunyai pengetahuan yang baik tentang stroke. Dimana dengan usia yang belum begitu tua, pendengaran maupun penglihatan seseorang belum mengalami penurunan sehingga mempermudah mereka untuk mengerti dan memahami tentang suatu pengetahuan yang didapat. Hal ini sesuai dengan pendapatNugroho (2000) yang mengemukakan bahwa IQ seseorang dapat berfungsi dengan baik pada usia dewasa, dewasa muda, dan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia.
            Dari hasil penelitian didapatkan juga bahwa sebagian kecil yaitu 6 (20,00%) responden memiliki pengetahuan kurang baik tentang stroke. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian kecil yaitu 6 (20,00%) responden yang berpendidikan akhir SD mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang stroke. Dengan pendidikan yang rendah kemungkinan responden kurang dapat mengerti tentang stroke. Hal ini sesuai dengan teori atau pendapat Koenjoroningrat (2000) bahwa pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan.

4.1.3        Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pola Makan Sehat
            Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian kecil yaitu 10 (33,33%) responden mempunyai pengetahuan baik tentang pola makan yang sehat. Kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden sebagian kecil yaitu sebanyak 8 (26,67%) responden berpendidikan SMA dan sebagian kecil yaitu 1 (3,33%) responden yang berpwndidikan akhir perguruan tinggi mempunyai pengetahuan baik tentang pola makan sehat. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mudah mengerti dan memahami pengetahuan tentang pola makan yang sehat. Selain faktor pendidikan juga ditunjang edengan usia responden yang hampir setengahnya yaitu 14 (46,67%) responden berusia 21-30 tahun mempunyai pengetahuan yang baik tentang pola makan yan g sehat. Dimana dengan usia yang belum begitu tua pendengaran maupun penglihatan seseorang belum mengalami penurunan sehingga mempermudah mereka untuk mengerti dan memahami tentang pola makan yang sehat. Hal ini sesuai dengan teori Notoadmojo (2000) bahwasemakin indra yang digunakan untuk menerima sasuatu, maka semakin banyak dan semakin jelaspola pengertian yang diperoleh.
            Dari hasil yang didapatkan bahwa sebagian besar yaitu sejumlah 14 (46,67) responden mempunyai pengetahuan yang  cukup tentang poa makan yang sehat. Hal ini bisa juga dipengaruhioleh faktor pekerjaan dimana sebagian besar responden yaitu 12 (40,00%) responden mempunyai pekerjaan yang lain-lain mempunyai pengetahuan yang kurang tentang pola makan yang sehat. Menurut pendapat dari Notoadmojo (2000) mengatakan bahwa masyarakat yang sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi.
4.1.4        Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Identifikasi Makanan yang Boleh      dan yang Tidak Boleh Dikonsumsi Penderita Stroke  
            Sesuai dengan hasil penelotian yang didapat bahwa sebagian kecil yaitu 6 (20,00%) responden mempunyai pengetahuan yang kurang tentang identifikasi makanan yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita stroke. Kemungkinan ini disebabkan hampir setengah responden yaitu sebanyak 12 (40,00%) responden yang berumur antara 31-40 tahun mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang identifikasi makanan yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderuta stroke. Semakin tinggi umur seseorang maka tingkat pengetahuan dan kematangan seseorang dalam berfikir semakin menurun. Selain usia, pendidikan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan responden  dimana sebagian kecil yaitu 8 (26,67%) responden yang berpendidikan SMA dan sebagian kecil yaitu 1 (3.33%) responden yang berpendidikan akhir perguruan tinggi mempunyau pengetahuan baik tentang identifikasi makanan yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi penderita stroke.
              Dari analisa didapatkan juga hampir setengahnya yaitu 15 (50,00%) responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang identifikasi makanan yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita stroke. Halmini mungkin dapat dipengaruhi  dimana sebagian besar yaitu 15 (50,00%) responden yang berpendidikan akhir SMP mempunyai pengetahuan yang cukup tentang identifikasi makana yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita stroke. Hal ini sesuai dengan pendapat Koenjoroningrat (2000) bahwa pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang yang baru diperkenalkan.


















 
BAB V
PENUTUP

5.1              Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Tingkat pengetahuan keluarga Dusun Punukan Desa Baderan  tentang pola makan sehat pada penderita stroke pada bulan juni 2010 dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 30 responden maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut  :
1.      Pengetahuan Keluarga tentang Pengertian stroke dengan berpengetahuan baik sebanyak 10 responden (66,67%) cukup baik sebanyak 13 responden (43,33%) dan kurang sebanyak 6 responden (20%)
2.   Pengetahuan keluarga tentang pola makan sehat dengan berpengetahuan baik sebanyak 10 (33,33%) cukup baik sebanyak 14 responden (46,67%) kurang sebanyak 6 orang (20%)
3. Pengetahuan keluarga tentang makanan yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita stroke berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (19,75%) cukup baik sebanyak 15 responden (50%) kurang sebanyak 9 orang (30,25%)


39
 
 

5.2              Saran
5.2.1         Bagi Responden
            Diharapkan responden yang mempunyai pengetahuan cukup dan kurang dapat menambah pengetahuan tentang pola makan sehat pada penderita stroke, sedangkan yang mempunyai pengetahuan baik dapat memperdaam agi dan memberikan ilmunya kepada sesama. Serta diharapkan bila ada penderita stroke kita dapat memberikan pengetahuan tentang poa makan yang sehat pada penderita stroke.
5.2.2Bagi Institusi Akademi Keperawatan Pem. Kab.Ngawi
          Diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu khususnya yang berkaitan dengan pola makan yang seha pada penderita stroke. Hal ini dapat ditunjang dengan penyediaan sarana dan prasarana antara lain : perpustakaan yang lengkap tentangpoa makan yang sehat pada penderita stroke.
5.2.3Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian  ini diharapkan dapat memotivasi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini agar lebih sempurna dan bermanfaat bagi semua pihak.





DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini.2006. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Hoetomo. 2005. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya : Mitra Belajar

Mansjoer, Arief, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Cetakan-1. Jakarta : Media Aesculapius

Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta : Jakarta

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Wahid, dkk. 2006. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sustrani , Lanny 2006. Stroke.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Dyah, Atika. 2009. Langkah Terbaik Agar Tidak Terjadi Stroke. www.blog spot


1 komentar:

  1. maaf sebelumnya saya mahasiswa tingkat akhir di poltekkes surakarta mau minta tolong bisa berbagi referensi mengenai stroke apakah bisa??
    mohon sekali bantuannya terimakasih sebelumnya

    BalasHapus